Nilai Intrinsik dan Nilai Pasar Saham

Nilai Intrinsik dan Nilai Pasar Saham
Nilai Intrinsik dan Nilai Pasar Saham: Analisis Ultra-Komprehensif

Panduan Lengkap untuk Investor dengan Fokus pada Fundamental, Dinamika Pasar, dan Perubahan Nilai Intrinsik

Pendahuluan

Investasi saham adalah salah satu pilar utama dalam perencanaan keuangan modern, menawarkan potensi pengembalian tinggi namun juga risiko yang signifikan. Untuk membuat keputusan investasi yang cerdas, investor perlu memahami dua konsep kunci: nilai intrinsik dan nilai pasar. Nilai intrinsik mencerminkan nilai fundamental saham berdasarkan analisis perusahaan, sedangkan nilai pasar adalah harga saham yang ditentukan oleh dinamika pasar [5].

Artikel ini menyajikan analisis ultra-komprehensif, mengeksplorasi definisi, metode perhitungan, faktor pengaruh, dinamika perubahan nilai intrinsik, studi kasus, alat interaktif, dan visualisasi menggunakan Chart.js. Kami juga mengintegrasikan referensi dari buku-buku klasik seperti Security Analysis oleh Benjamin Graham, jurnal akademik, dan sumber kredibel lainnya untuk mendukung analisis. Artikel ini dirancang untuk investor dari semua tingkatan, mulai dari pemula hingga profesional, dengan fokus pada strategi berbasis data dan wawasan actionable.

Topik tambahan yang dibahas adalah apakah nilai intrinsik dapat berubah, termasuk pemicu perubahan dan implikasinya bagi investor. Kami juga menyertakan analisis sensitivitas dan skenario untuk memperkaya pemahaman.

Nilai Intrinsik Saham: Definisi dan Analisis Mendalam

Nilai intrinsik adalah estimasi nilai sebenarnya saham berdasarkan fundamental perusahaan, seperti laba, arus kas, aset, dan prospek pertumbuhan. Menurut Benjamin Graham, nilai intrinsik adalah “nilai yang dibenarkan oleh fakta-fakta objektif, termasuk aset, pendapatan, dividen, dan prospek masa depan” [4]. Konsep ini menjadi inti dari filosofi investasi nilai, yang dipopulerkan oleh Warren Buffett.

Fungsi Nilai Intrinsik

  • Identifikasi Peluang Investasi: Membantu investor menemukan saham undervalued (harga pasar < nilai intrinsik) atau overvalued (harga pasar > nilai intrinsik).
  • Pengambilan Keputusan Rasional: Mengurangi bias emosional dengan fokus pada data fundamental.
  • Perencanaan Jangka Panjang: Memungkinkan investor memperkirakan potensi pengembalian berdasarkan kinerja perusahaan.
  • Manajemen Risiko: Menyediakan “margin of safety” untuk melindungi investor dari fluktuasi pasar yang tidak rasional [7].
  • Benchmark Fundamental: Digunakan untuk membandingkan kinerja perusahaan dengan pesaing atau industri.

Metode Perhitungan Nilai Intrinsik

Berikut adalah metode utama untuk menghitung nilai intrinsik, lengkap dengan formula matematis dan aplikasi praktis:

  1. Discounted Cash Flow (DCF):

    Metode DCF menghitung nilai intrinsik dengan mendiskontokan arus kas bebas (free cash flow) masa depan ke nilai saat ini menggunakan tingkat diskonto seperti Weighted Average Cost of Capital (WACC) [2].

    Nilai Intrinsik = Σ(CFₜ / (1 + r)ᵗ) + TV / (1 + r)ⁿ
    Keterangan:
    CFₜ = Arus kas bebas pada tahun t
    r = Tingkat diskonto (WACC)
    TV = Terminal value (FCFₙ₊₁ / (r – g))
    n = Jumlah tahun proyeksi
    g = Tingkat pertumbuhan abadi
  2. Price-to-Earnings Ratio (PER):

    Menggunakan rasio PER untuk memperkirakan nilai intrinsik dengan mengalikan laba per saham (EPS) dengan PER rata-rata industri [9].

    Nilai Intrinsik = EPS × PER Industri
  3. Dividend Discount Model (DDM):

    Cocok untuk perusahaan yang rutin membayar dividen, dengan mendiskontokan dividen masa depan ke nilai saat ini [9].

    Nilai Intrinsik = D₁ / (r – g)
    Keterangan:
    D₁ = Dividen tahun depan
    r = Tingkat pengembalian yang diharapkan
    g = Tingkat pertumbuhan dividen
  4. Price-to-Book Value (PBV):

    Membandingkan harga saham dengan nilai buku per saham untuk menilai apakah saham undervalued [5].

    Nilai Intrinsik = Book Value per Share × PBV Industri
  5. Residual Income Model:

    Mengukur nilai intrinsik berdasarkan laba yang melebihi biaya ekuitas [11].

    Nilai Intrinsik = Book Value + Σ(RIₜ / (1 + r)ᵗ)
    Keterangan:
    RIₜ = Residual income (laba – biaya ekuitas)
    r = Tingkat pengembalian ekuitas

Faktor yang Memengaruhi Nilai Intrinsik

Nilai intrinsik dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal yang mencerminkan kesehatan perusahaan dan lingkungan operasionalnya:

Faktor Deskripsi Contoh Dampak pada Nilai Intrinsik
Kinerja Keuangan Pendapatan, laba bersih, arus kas, ROE, ROA. Perusahaan dengan ROE 20% lebih menarik. Meningkatkan nilai jika kinerja kuat.
Prospek Industri Pertumbuhan sektor, inovasi, regulasi. Industri teknologi AI sedang booming. Meningkatkan nilai di sektor yang berkembang.
Manajemen Kualitas kepemimpinan, strategi, tata kelola. CEO visioner seperti Satya Nadella. Meningkatkan nilai dengan strategi efektif.
Kondisi Ekonomi Suku bunga, inflasi, stabilitas makroekonomi. Kenaikan suku bunga meningkatkan WACC. Menurunkan nilai jika ekonomi memburuk.
Risiko Spesifik Risiko operasional, hukum, reputasi. Skandal Volkswagen Dieselgate. Menurunkan nilai jika risiko meningkat.
Inovasi Pengembangan produk atau teknologi baru. Apple meluncurkan iPhone baru. Meningkatkan nilai dengan inovasi sukses.

Kelebihan dan Keterbatasan

  • Kelebihan:
    • Berbasis data fundamental, sehingga lebih objektif.
    • Mendukung strategi investasi jangka panjang.
    • Membantu mengidentifikasi peluang undervalued dengan margin of safety.
  • Keterbatasan:
    • Bergantung pada asumsi (misalnya, tingkat pertumbuhan atau WACC).
    • Sensitif terhadap perubahan data input.
    • Memerlukan keahlian analisis keuangan yang mendalam.
    • Tidak mencerminkan sentimen pasar jangka pendek.

Apakah Nilai Intrinsik Bisa Berubah?

Ya, nilai intrinsik saham dapat berubah seiring waktu karena bergantung pada faktor fundamental perusahaan dan kondisi eksternal yang dinamis. Berbeda dengan nilai pasar yang berfluktuasi setiap hari karena sentimen atau perdagangan, nilai intrinsik berubah lebih lambat dan biasanya dipicu oleh perubahan signifikan dalam variabel fundamental [2].

Pemicu Perubahan Nilai Intrinsik

Berikut adalah faktor utama yang menyebabkan perubahan nilai intrinsik:

Pemicu Deskripsi Contoh Dampak
Perubahan Kinerja Keuangan Peningkatan atau penurunan laba, arus kas, atau rasio keuangan. Laba bersih perusahaan naik 30%. Meningkatkan nilai intrinsik.
Perubahan Strategi Bisnis Ekspansi, divestasi, atau perubahan model bisnis. Perusahaan masuk ke pasar baru. Bisa meningkatkan atau menurunkan nilai.
Perubahan Kondisi Ekonomi Perubahan suku bunga, inflasi, atau PDB. Kenaikan suku bunga meningkatkan WACC. Menurunkan nilai intrinsik.
Inovasi atau Produk Baru Peluncuran produk atau teknologi baru. Tesla meluncurkan baterai baru. Meningkatkan nilai intrinsik.
Perubahan Regulasi Perubahan hukum atau kebijakan industri. Pajak karbon baru di sektor energi. Bisa menurunkan nilai intrinsik.
Krisis atau Skandal Peristiwa yang merusak reputasi atau operasi. Skandal Enron menyebabkan kebangkrutan. Secara signifikan menurunkan nilai.
Perubahan Asumsi Analis Perubahan proyeksi pertumbuhan atau tingkat diskonto. Analis merevisi tingkat pertumbuhan ke bawah. Menurunkan nilai intrinsik.

Implikasi bagi Investor

Perubahan nilai intrinsik memiliki beberapa implikasi penting:

  • Pemantauan Berkelanjutan: Investor harus secara rutin memperbarui analisis nilai intrinsik berdasarkan laporan keuangan terbaru, berita perusahaan, dan kondisi ekonomi.
  • Analisis Sensitivitas: Memahami bagaimana perubahan variabel (misalnya, WACC atau tingkat pertumbuhan) memengaruhi nilai intrinsik membantu mengurangi risiko estimasi yang salah.
  • Strategi Dinamis: Perubahan nilai intrinsik dapat mengubah status saham dari undervalued menjadi overvalued, sehingga investor perlu menyesuaikan strategi (beli, tahan, jual).
  • Fokus Jangka Panjang: Meskipun nilai intrinsik berubah, perubahan ini biasanya lebih stabil dibandingkan nilai pasar, mendukung pendekatan investasi jangka panjang.

Analisis Sensitivitas

Untuk memahami dampak perubahan variabel pada nilai intrinsik, investor sering menggunakan analisis sensitivitas. Contohnya, dalam metode DCF, perubahan tingkat diskonto (WACC) atau tingkat pertumbuhan abadi dapat signifikan memengaruhi hasil.

Skenario Sensitivitas DCF

Anggaplah sebuah perusahaan memiliki FCF Rp100 miliar, proyeksi 5 tahun, dan terminal growth 3%. Berikut adalah dampak perubahan WACC:

WACC Nilai Intrinsik (Rp Miliar) Perubahan (%)
7% 1.250 +10%
8% 1.135 Baseline
9% 1.030 -9%

Kesimpulan: Kenaikan WACC sebesar 1% dapat menurunkan nilai intrinsik hingga 9%, menunjukkan pentingnya estimasi yang akurat.

Nilai Pasar Saham: Dinamika dan Pengaruh

Nilai pasar saham adalah harga saham yang diperdagangkan di bursa efek, ditentukan oleh keseimbangan penawaran dan permintaan. Menurut Efficient Market Hypothesis (EMH) oleh Eugene Fama, nilai pasar mencerminkan semua informasi yang tersedia, tetapi dalam praktiknya, harga saham sering dipengaruhi oleh faktor irasional seperti spekulasi atau sentimen [6].

Fungsi Nilai Pasar

  • Indikator Persepsi Pasar: Mencerminkan pandangan kolektif investor terhadap nilai perusahaan saat ini.
  • Kapitalisasi Pasar: Menghitung nilai total perusahaan (harga saham × jumlah saham beredar).
  • Likuiditas dan Volatilitas: Menunjukkan kemudahan perdagangan saham dan tingkat fluktuasi harganya.
  • Benchmark Investasi: Digunakan untuk mengevaluasi kinerja portofolio terhadap indeks pasar seperti IDX Composite.
  • Sinyal Peristiwa: Perubahan harga pasar sering mencerminkan reaksi terhadap berita atau peristiwa.

Faktor yang Memengaruhi Nilai Pasar

Nilai pasar sangat dinamis dan dipengaruhi oleh berbagai faktor:

Faktor Deskripsi Contoh Dampak
Sentimen Investor Optimisme atau pesimisme terhadap saham. Hype saham teknologi selama pandemi. Meningkatkan harga jika positif.
Berita dan Peristiwa Laporan keuangan, merger, atau krisis. Penurunan saham BP akibat tumpahan minyak. Signifikan dalam jangka pendek.
Kondisi Pasar Tren bull atau bear di pasar saham. Krisis 2008 menurunkan harga saham global. Mempengaruhi semua saham.
Likuiditas Volume perdagangan saham. Saham blue-chip lebih likuid. Meningkatkan stabilitas harga.
Manipulasi Pasar Aktivitas seperti pump-and-dump. Kasus GameStop 2021. Distorsi harga jangka pendek.
Analisis Teknis Pola harga dan indikator teknis. Breakout di moving average 50-hari. Mendorong perdagangan spekulatif.

Kelebihan dan Keterbatasan

  • Kelebihan:
    • Mudah diakses melalui harga real-time.
    • Mencerminkan informasi pasar terkini.
    • Relevan untuk strategi trading jangka pendek.
  • Keterbatasan:
    • Rentan terhadap irasionalitas dan spekulasi.
    • Volatilitas tinggi, terutama pada saham kecil.
    • Tidak selalu mencerminkan nilai fundamental.

Perbandingan Nilai Intrinsik dan Nilai Pasar

Perbandingan antara nilai intrinsik dan nilai pasar adalah inti dari strategi investasi nilai. Warren Buffett menekankan pentingnya membeli saham undervalued dengan “margin of safety” untuk meminimalkan risiko dan memaksimalkan pengembalian [7].

Aspek Nilai Intrinsik Nilai Pasar
Definisi Nilai fundamental berdasarkan analisis perusahaan. Harga saham di bursa berdasarkan penawaran dan permintaan.
Basis Data keuangan, prospek, dan ekonomi. Sentimen, berita, dan dinamika pasar.
Stabilitas Relatif stabil, berubah dengan fundamental. Volatil, berubah setiap hari.
Tujuan Investasi jangka panjang. Trading jangka pendek atau penilaian cepat.
Contoh DCF menunjukkan nilai Rp5.000. Harga saham di bursa Rp4.000.
Frekuensi Perubahan Berubah dengan laporan keuangan atau peristiwa besar. Berubah setiap detik selama jam perdagangan.

Implikasi Investasi

  • Undervalued (Nilai Intrinsik > Nilai Pasar): Peluang beli karena saham dihargai di bawah nilai sebenarnya. Contoh: Saham dengan nilai intrinsik Rp5.000 dijual di pasar seharga Rp4.000.
  • Overvalued (Nilai Intrinsik < Nilai Pasar): Pertimbangkan untuk menjual karena saham terlalu mahal. Contoh: Saham dengan nilai intrinsik Rp3.000 dijual seharga Rp4.000.
  • Fair Valued (Nilai Intrinsik ≈ Nilai Pasar): Saham dihargai wajar; cocok untuk strategi hold.

Strategi Berdasarkan Perbandingan

  • Value Investing: Membeli saham undervalued dan menahannya hingga harga mendekati nilai intrinsik.
  • Contrarian Investing: Membeli saham undervalued yang diabaikan pasar atau menjual saham overvalued yang overhyped.
  • Momentum Trading: Menggunakan nilai pasar untuk memanfaatkan tren harga jangka pendek, meskipun tidak selaras dengan nilai intrinsik.

Metode Lanjutan untuk Analisis Nilai Saham

Selain metode standar, pendekatan lanjutan berikut dapat meningkatkan akurasi analisis nilai saham:

  1. Monte Carlo Simulation:

    Menggunakan simulasi probabilistik untuk memperkirakan nilai intrinsik dengan mempertimbangkan ketidakpastian dalam variabel seperti FCF atau WACC [11].

    Nilai Intrinsik = E[Σ(CFₜ / (1 + r)ᵗ)]
    Keterangan: E[] = Ekspektasi berdasarkan distribusi probabilitas
  2. Economic Value Added (EVA):

    Mengukur nilai yang diciptakan perusahaan di atas biaya modalnya [2].

    EVA = NOPAT – (WACC × Invested Capital)
    Keterangan:
    NOPAT = Net Operating Profit After Tax
  3. Real Options Valuation:

    Menggunakan teori opsi untuk menilai fleksibilitas strategis perusahaan, seperti ekspansi atau penundaan investasi [3].

  4. Machine Learning Models:

    Menggunakan algoritma seperti regresi linier, random forest, atau neural networks untuk memprediksi nilai intrinsik berdasarkan data historis dan variabel makroekonomi [12].

  5. Sum-of-the-Parts (SOTP) Valuation:

    Menghitung nilai intrinsik dengan menjumlahkan nilai masing-masing segmen bisnis perusahaan, cocok untuk konglomerasi [2].

Metode ini memerlukan data berkualitas tinggi dan keahlian teknis, tetapi dapat memberikan wawasan yang lebih akurat dan kontekstual.

Studi Kasus

Studi Kasus 1: Nilai Intrinsik dan Perubahan – PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM)

Konteks

Pada 2020, PT Telkom Indonesia (TLKM) mencatatkan laba bersih Rp20,8 triliun dan ekuitas Rp101,72 triliun. Kami akan menghitung nilai intrinsik menggunakan DCF dan PER, serta menganalisis perubahan nilai intrinsik akibat kenaikan suku bunga pada 2021 [8].

Perhitungan DCF (2020)

  • Free Cash Flow (FCF): Rp25 triliun.
  • Tingkat pertumbuhan FCF: 5% selama 5 tahun.
  • WACC: 8%.
  • Terminal growth rate: 3%.
  • Nilai intrinsik = Σ(FCFₜ / (1 + 0.08)ᵗ) + TV / (1 + 0.08)⁵ ≈ Rp4.200 per saham.

Perhitungan PER (2020)

  • EPS: Rp224.
  • PER industri telekomunikasi: 15x.
  • Nilai intrinsik = Rp224 × 15 = Rp3.360 per saham.

Perubahan Nilai Intrinsik (2021)

Pada 2021, suku bunga BI naik, menyebabkan WACC meningkat menjadi 9%. FCF tetap Rp25 triliun.

  • Nilai intrinsik baru (DCF) ≈ Rp3.900 per saham (penurunan 7,14%).
  • EPS meningkat menjadi Rp230 karena efisiensi operasional.
  • Nilai intrinsik baru (PER) = Rp230 × 15 = Rp3.450 per saham (kenaikan 2,68%).

Analisis

Harga pasar TLKM pada 2020 sekitar Rp3.000, menunjukkan saham undervalued. Pada 2021, meskipun WACC meningkat, efisiensi operasional menahan penurunan nilai intrinsik. Investor dapat mempertimbangkan pembelian pada 2020 dengan margin of safety 28% (DCF) atau 12% (PER), tetapi harus memantau suku bunga di 2021.

Studi Kasus 2: Nilai Pasar dan Spekulasi – PT Surya Citra Media Tbk (SCMA)

Konteks

Pada 2019, PT Surya Citra Media (SCMA) mengalami lonjakan harga saham karena sentimen positif di sektor media, meskipun fundamentalnya tidak mendukung kenaikan tersebut [0].

Perhitungan

  • Nilai intrinsik berdasarkan FCFE: Rp1.200 per saham.
  • Harga pasar: Rp1.500 per saham.
  • Volatilitas harga: 25% lebih tinggi dari rata-rata industri.

Perubahan Nilai Intrinsik

Pada 2020, SCMA meluncurkan platform streaming baru, meningkatkan proyeksi FCFE.

  • Nilai intrinsik baru (FCFE): Rp1.350 per saham (kenaikan 12,5%).
  • Harga pasar turun ke Rp1.400 karena koreksi pasar.

Analisis

Pada 2019, saham SCMA overvalued karena harga pasar melebihi nilai intrinsik. Pada 2020, inovasi baru meningkatkan nilai intrinsik, membuat saham lebih menarik meskipun harga pasar terkoreksi. Investor disarankan untuk menahan saham pada 2020 atau membeli jika harga turun lebih jauh.

Studi Kasus 3: Kombinasi Analisis – PT Bank Central Asia Tbk (BBCA)

Konteks

Pada 2021, PT Bank Central Asia (BBCA) memiliki ROE 15% dan pertumbuhan laba 10% per tahun. Kami akan menganalisis menggunakan DCF dan DDM, serta mengevaluasi perubahan nilai intrinsik akibat perubahan regulasi [8].

Perhitungan DCF (2021)

  • FCF: Rp30 triliun.
  • Tingkat pertumbuhan: 8% selama 5 tahun.
  • WACC: 7%.
  • Terminal growth: 4%.
  • Nilai intrinsik ≈ Rp38.000 per saham.

Perhitungan DDM (2021)

  • Dividen per saham 2022: Rp500.
  • Tingkat pertumbuhan dividen: 6%.
  • Tingkat pengembalian: 10%.
  • Nilai intrinsik = Rp500 / (0.10 – 0.06) = Rp12.500 per saham.

Perubahan Nilai Intrinsik (2022)

Pada 2022, regulasi baru meningkatkan biaya kepatuhan, menurunkan FCF menjadi Rp28 triliun.

  • Nilai intrinsik baru (DCF) ≈ Rp35.500 per saham (penurunan 6,58%).
  • Dividen meningkat menjadi Rp550, tetapi tingkat pengembalian naik menjadi 11%.
  • Nilai intrinsik baru (DDM) = Rp550 / (0.11 – 0.06) = Rp11.000 per saham (penurunan 12%).

Analisis

Harga pasar BBCA pada 2021 sekitar Rp35.000, menunjukkan saham undervalued berdasarkan DCF tetapi overvalued berdasarkan DDM. Pada 2022, regulasi baru menurunkan nilai intrinsik, membuat saham mendekati fair valued. Investor disarankan untuk hold sambil memantau dampak regulasi lebih lanjut.

Studi Kasus 4: Krisis dan Pemulihan – PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA)

Konteks

Pada 2019, PT Garuda Indonesia (GIAA) menghadapi skandal keuangan yang menurunkan nilai intrinsik dan harga pasar. Kami akan menganalisis nilai intrinsik sebelum dan sesudah krisis menggunakan metode DCF [1].

Perhitungan DCF (2018, Pre-Krisis)

  • FCF: Rp2 triliun.
  • Tingkat pertumbuhan: 4% selama 5 tahun.
  • WACC: 10%.
  • Terminal growth: 2%.
  • Nilai intrinsik ≈ Rp500 per saham.

Perhitungan DCF (2019, Pasca-Krisis)

  • FCF turun menjadi Rp1 triliun karena kerugian.
  • WACC naik menjadi 12% karena risiko meningkat.
  • Nilai intrinsik ≈ Rp300 per saham (penurunan 40%).

Pemulihan (2021)

Pada 2021, restrukturisasi utang meningkatkan FCF menjadi Rp1,5 triliun dan menurunkan WACC menjadi 11%.

  • Nilai intrinsik baru ≈ Rp400 per saham (kenaikan 33,33% dari 2019).
  • Harga pasar: Rp350 per saham.

Analisis

Skandal 2019 menyebabkan penurunan drastis nilai intrinsik dan harga pasar GIAA. Restrukturisasi pada 2021 meningkatkan nilai intrinsik, menjadikan saham undervalued pada harga pasar Rp350. Investor berisiko tinggi dapat mempertimbangkan pembelian dengan margin of safety 14,29%.

Alat Interaktif: Kalkulator Nilai Intrinsik dan Sensitivitas

Gunakan kalkulator berikut untuk menghitung nilai intrinsik saham berdasarkan metode PER, DDM, atau DCF sederhana. Kalkulator sensitivitas memungkinkan analisis dampak perubahan WACC atau tingkat pertumbuhan.

Kalkulator PER



Kalkulator DDM




Kalkulator DCF Sederhana






Analisis Sensitivitas DCF





Referensi

[0] Universitas Indonesia. (2019). Menentukan Nilai Intrinsik Saham dengan Analisis Fundamental menggunakan Pendekatan Free Cash Flow to Equity (FCFE). lib.ui.ac.id.

[1] Putra, D. (2010). Pengaruh Nilai Intrinsik Saham dan Nilai Pasar Saham Ditinjau dari Analisis Fundamental. Jurnal Manajemen dan Keuangan, 8(2), 166-176.

[2] Damodaran, A. (2012). Investment Valuation: Tools and Techniques for Determining the Value of Any Asset. Wiley.

[3] Brigham, E. F., & Houston, J. F. (2018). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.

[4] Graham, B., & Dodd, D. (2008). Security Analysis. McGraw-Hill Education.

[5] Brights. (2024). Nilai Intrinsik Saham: Fungsi & Cara Menghitungnya dalam Investasi. www.brights.id.

[6] Fama, E. F. (1970). Efficient Capital Markets: A Review of Theory and Empirical Work. The Journal of Finance, 25(2), 383-417.

[7] Buffett, W. (1997). The Essays of Warren Buffett: Lessons for Corporate America. Cunningham.

[8] Ajaib. (2023). Ketahui Nilai Intrinsik Saham untuk Hasilkan Cuan Maksimal. ajaib.co.id.

[9] Pintu. (2022). Rumus dan Cara Menghitung Nilai Intrinsik Saham. pintu.co.id.

[10] Pintu. (2024). Market Value: Contoh, Faktor, dan Cara Menentukan Nilai Pasar. pintu.co.id.

[11] Jati. (2019). Internal Growth Rate dan Nilai Intrinsik dalam Kaitannya dengan Nilai Pasar. Jurnal Inspirasi Bisnis dan Manajemen.

[12] Brownlee, J. (2020). Machine Learning for Financial Market Prediction. Machine Learning Mastery.

[13] Koller, T., Goedhart, M., & Wessels, D. (2020). Valuation: Measuring and Managing the Value of Companies. Wiley.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *