Bitcoin menghadapi Risiko Quantum dari Microsoft Majorana 1

Bitcoin menggunakan teknologi kriptografi untuk mengamankan jaringannya utamanya wallet Bitcoin dan blockchain itu sendiri. Namun teknologi kriptografi yang digunakan bitcoin masih bisa diragukan kekuatannya untuk menghadapi perkembangan teknologi komputasi quantum.

Flashback Teknologi Komputasi

Teknologi komputasi sekarang ini terus dihadapi dengan hambatan hukum Moore’s Law. Hukum ini menyebutkan bahwa perkembangan teknologi menyebabkan kebutuhan komputasi meningkat 2x lipat setiap 18 bulan. Sehingga perusahaan semikonduktor bersaing menciptakan inti prosesor dengan jumlah transistor yang banyak dengan ukuran yang kecil. Hal ini terus berlanjut karena perusahaan-perusahaan tersebut masih menggunakan arsitektur yang sama yaitu arsitektur Bits, misalnya arsitektur prosesor x64 yang banyak digunakan pada laptop, arsitektur ARM digunakan pada smartphone Android dan prosesor M1 di produk Apple.

Inovasi Quantum Processor Majorana 1 dari Microsoft

Di kuartal pertama tahun 2025 Microsoft baru saja berhasil mencetak inovasi teknologi baru yaitu prosesor Quantum Majorana 1. Ini merupakan gebrakan baru yang nyata dari arsitektur Bits ke Qubits. Ini menyebabkan Microsoft menjadi entitas pertama yang berhasil menciptakan teknologi komputasi quantum di dunia.

Bukan hanya sekadar mimik teknologi seperti berita-berita sebelumnya, tidak tanggung-tanggung Microsoft sudah mengimplementasikan inovasi ini ke layanan komputasi awan mereka dalam bentuk produk Microsoft Azure Quantum. Layanan ini ditujukan untuk client perusahaan yang menggunakan Microsoft Azure untuk kebutuhan komputasi awan mereka. Teknologi quantum ditujukan untuk kebutuhan komputasi tinggi seperti bioteknologi, antariksa, iklim, dan kelautan.

Layanan Quantum di Microsoft Azure for Business

Namun layanan Kuantum ini masih terbatas di Jepang, US, Eropa Barat, dan UK. Sehingga untuk client perusahaan Indonesia masih jadi pertimbangan untuk menggunakan layanan ini. Quantum Singapura dan Australia juga masih belum tersedia untuk saat ini.

Bitcoin dan Quantum

Di tengah adopsi besar dari institusi dan negara, tahun ini Bitcoin dihadapkan dengan risiko yang nyata secara fundamentalnya yaitu risiko kerentanan teknologi yang berjalan di dalam jaringan Bitcoin itu sendiri. Risiko Quantum yang dihadapi Bitcoin secara tepatnya berada di sistem kriptografi wallet Bitcoin. Wallet bitcoin menggunakan algoritme ECDSA yang merupakan algoritme kriptografi asimetris untuk menentukan pasangan private key dan public key wallet Bitcoin.

Teknologi Quantum mempunyai kemampuan yang lebih cepat untuk menebak private key dari publik key suatu wallet Bitcoin. Untuk saat ini diperkirakan diperlukan waktu 650 juta tahun untuk menebak satu private key wallet Bitcoin dengan super komputer dengan arsitektur Bits (misalnya super komputer IBM Z14 yang digunakan pemerintahan kota Jakarta).

Dengan penciptaan prosesor Quantum Majorana 1 dari Microsoft, teknologi Quantum secara teori menjadi risiko nyata di masa depan terhadap keamanan wallet Bitcoin. Majorana 1 merupakan keberhasilan dalam pengendalian 1 partikel Quantum untuk melakukan proses komputasi digital. Ini bisa dianalogikan dengan penemuan komputer transistor pertama di dunia tahun 1953 di Bell Laboratories di Murray Hill, New Jersey.

Proposal Hard Fork Bitcoin untuk Resistansi Quantum

Baru-baru ini pada 10 Februari 2025, Agustin Cruz membuat proposal hard fork jaringan bitcoin untuk mengimplementasikan Quantum-Resistant Address ke dalam jaringan Bitcoin.

Proposal Hard Fork: https://github.com/chucrut/bips/blob/master/bip-xxxxx.md

Proposal ini berisi perubahan jaringan Bitcoin yang mengharuskan semua wallet melakukan migrasi ke algoritme wallet bebas risiko Quantum.

Opini Penulis

Saya pribadi tidak setuju dengan proposal hard fork ini, secara teori perubahan ini hanya menambah kemampuan Bitcoin untuk menerima alamat wallet yang aman dari komputasi quantum. Penambahan hal semacam ini tidak perlu melakukan hard fork menurut saya. Ini sama seperti penambahan wallet SegWit di jaringan Bitcoin bahkan upgrade SegWit jauh lebih besar dari esensi proposal ini. Dan upgrade SegWit tidak memerlukan hard fork sama sekali.

Hard Fork tidak pernah terjadi pada Bitcoin, dan jika itu terjadi hal itu sama saja mematikan Bitcoin secara langsung. Bahkan ketika dihadapi oleh block size, Bitcoin tetap tidak melakukan hard fork. Dan perubahan itu terjadi dalam blockchain baru yang bernama Bitcoin Cash, tetapi pada Bitcoin Cash, rasa desentralisasi itu tidak ada seperti Bitcoin.

Sehingga saya lebih setuju proposal itu dalam bentuk soft fork sama halnya seperti SegWit, karena upgrade semacam ini bahkan tidak sebesar SegWit menurut saya. Hard Fork tidak pernah terjadi pada Bitcoin, terlalu naif dan ceroboh melakukan hard fork. Bitcoin bukan hanya tentang teknologi, tapi juga sejarah dan ideologi yang ada di dalamnya.

2 thoughts on “Bitcoin menghadapi Risiko Quantum dari Microsoft Majorana 1

  1. Btc-Newbie Balas

    Setuju, hard-fork sebaiknya dihindari kecuali ada kebutuhan kritis yang tidak bisa diselesaikan dengan cara lain. Bisa membahayakan stabilitas jaringan—bayangkan risiko perpecahan komunitas, penurunan nilai, atau bahkan serangan pada rantai minoritas pasca-fork. God bless Bitcoin!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *