Cara Menjadi Investor Fundamental yang Cerdas: Panduan Lengkap untuk Pemula dan Profesional di Pasar Saham Indonesia

fundamental-taksu

Contoh Kasus Menghitung Nilai Perusahaan

Kasus: Perusahaan TAKSU

Perusahaan TAKSU adalah perusahaan yang bergerak di sektor keuangan, dan baru saja terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berikut adalah informasi keuangan utama dari laporan keuangan perusahaan TAKSU:

  • Harga saham: Rp 10.000 per lembar
  • Laba bersih: Rp 20.000.000.000 (20 miliar rupiah)
  • Jumlah saham yang beredar: 1.000.000 lembar saham
  • Total ekuitas: Rp 100.000.000.000 (100 miliar rupiah)

Langkah 1: Menghitung Price-to-Earnings Ratio (P/E)

P/E ratio mengukur berapa banyak yang Anda bayar untuk setiap unit laba bersih perusahaan. P/E dihitung dengan rumus:

P/E = Harga Saham / Laba Per Saham

Laba per saham (EPS) dihitung sebagai:

EPS = Laba Bersih / Jumlah Saham yang Beredar = 20.000.000.000 / 1.000.000 = Rp 20.000

Maka P/E ratio dihitung sebagai:

P/E = Rp 10.000 / Rp 20.000 = 0,5

Interpretasi P/E: P/E ratio sebesar 0,5 menunjukkan bahwa saham ini sangat murah jika dilihat dari laba yang dihasilkan. Namun, perlu juga untuk mempertimbangkan faktor industri dan prospek pertumbuhan perusahaan.

Langkah 2: Menghitung Price-to-Book Ratio (P/B)

P/B ratio mengukur harga saham dibandingkan dengan nilai buku per saham perusahaan. Nilai buku dihitung dengan rumus:

P/B = Harga Saham / Nilai Buku per Saham

Nilai Buku per Saham dihitung sebagai:

Nilai Buku per Saham = Total Ekuitas / Jumlah Saham yang Beredar = 100.000.000.000 / 1.000.000 = Rp 100.000

Maka P/B ratio dihitung sebagai:

P/B = Rp 10.000 / Rp 100.000 = 0,1

Interpretasi P/B: P/B ratio sebesar 0,1 menunjukkan bahwa harga saham ini hanya 0,1 kali nilai buku perusahaan, yang berarti saham ini sangat murah dibandingkan dengan nilai aset bersih yang dimilikinya.

Apakah Saham TAKSU Terlalu Mahal?

Meski P/E dan P/B ratio menunjukkan bahwa saham perusahaan TAKSU murah (undervalued), Anda perlu menggali lebih dalam faktor lain seperti prospek pertumbuhan dan kondisi industri tempat perusahaan beroperasi. Saham murah tidak selalu berarti kesempatan investasi yang baik jika ada masalah fundamental di dalamnya.

Perbandingan Harga Saham: Murah vs Mahal

Saham Murah: Biasanya memiliki P/E yang rendah (misalnya, di bawah 10) dan P/B yang rendah (misalnya, di bawah 1). Hal ini bisa menunjukkan bahwa saham tersebut undervalued, tetapi Anda harus memeriksa apakah perusahaan tersebut menghadapi masalah yang membuat pasar menilai sahamnya rendah.

Saham Mahal: Memiliki P/E yang tinggi (misalnya, di atas 30) dan P/B yang tinggi (misalnya, lebih dari 3). Saham seperti ini mungkin terindikasi overvalued (terlalu mahal), dan bisa berisiko jika tidak ada pertumbuhan yang signifikan di masa depan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *